Kamis, 20 Oktober 2011

PENDIDIKAN USIA 0-2 TAHUN


BAB I
                                                     PENDAHULUAN          
A.     Latar belakang
            Anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan.
Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tak ada satu pun yang luput dari Pengawasan dan Kepedulian-Nya. merupakan tugas orang tua dan guru untuk dapat menemukan potensi tersebut. Syaratnya adalah penerimaan yang utuh terhadap keadaan anak.
Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.
 Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya.
Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk  pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
B.     RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana tujuan pendidikan anak?
B.     Bagaiman perkembangan anak pada masa usia 0-2 tahun?
C.     Bagaimana cara mendidik anak secara islam?
BAB II
PEMBAHASAN
Benyamin Spock yang mengatakan bahwa usia 0-12 tahun merupakan masa emas anak untuk dirangsang intelektual dan kreativitasnya, karena 80% perkembangan anak ditentukan pada usia tersebut. Hal ini sekali lagi bukan berarti kita menafikan keekfetifan pendidikan Agama Islam pada usia dewasa. Bukankah penyair Arab telah bersenandung, belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar di masa dewasa ibarat mengukir di atas air? Rasulullah sendiri telah berstatemen melalui sabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah; “Didiklah anak-anak kalian dan buatlah pendidikan mereka itu menjadi baik”.
Anak-anak dengan segala potensi yang terpendam, perlu kita poles supaya benar-benar terbentuk kepribadian yang luhur. Konsep John Locke tentang tabularasanya menggambarkan bahwa anak akan baik atau buruk tergantung lingkungan terdekatnya. Bisa jadi, orang tua, keluarga, atau masyarakat sekitar. Anak dianggap sebagai barang pasif yang tak punya kekuatan sehingga hanya bisa menerima apapun yang datang dari luar dirinya.
Berbeda dengan John Locke, Nabi Muhammad SAW mempunyai konsep bahwa anak yang lahir di dunia ini sudah membawa bekal dan potensi yang populer dengan istilah fitrah. Orang tua hanya meneruskan dan mengelola potensi ini.
Dari dua pandangan tokoh di atas, bisa kita tarik benang merah yaitu faktor penting lingkungan keluarga terutama orang tua dalam mendewasakan anak-anak mereka. Masa inilah yang seharusnya dimanfaatkan orang tua untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan Agama Islam.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Zakiah Darajat (1996) yang mengatakan bahwa “apabila latihan-latihan keagamaan diterapkan pada waktu anak masih kecil dalam keluarga dengan cara yang kaku atau tidak benar, maka ketika menginjak usia dewasa nanti akan cenderung kurang peduli terhadap agama atau kurang merasakan pentingnya agama bagi dirinya. Sebaliknya, semakin banyak si anak mendapatkan latihan-latihan keagamaan sewaktu kecil, maka pada saat dia dewasa akan semakin merasakan kebutuhannya kepada agama”.
Piaget berusaha mendefinisikan tingkat perkembangan moral pada anak-anak melalui pengamatan dan wawancara (Windmiller, 1976). Dari hasil pengamatan terhadap anak-anak ketika bermain, dan jawaban mereka atas pertanyaan mengapa mereka patuh kepada peraturan, Piaget sampai pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan kemampuan kognitif pada anak-anak mempengaruhi pertimbangan moral mereka.
Kohlberg (1977) juga mengembangkan teorinya berdasarkan kepada asumsi-asumsi umum tentang teori perkembangan kognitif dari Dewey dan Piaget di atas. Seperti dijelaskan oleh Elias (1989), Kohlberg mendefinisikan kembali dan mengembangkan teorinya menjadi lebih rinci. Tingkat-tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg dimulai dari konsekuensi yang sederhana, yang berupa pengaruh kurang menyenangkan dari luar ke atas tingkah laku, sampai kepada penghayatan dan kesadaran tentang nilai-nilai kemanusian universal. Lebih tinggi tingkat berpikir adalah lebih baik, dan otonomi lebih baik daripada heteronomi.
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
A.    Tujuan pendidikan anak
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
·         Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
·         Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
B.     Perkembangan anak usia 0-2 tahun
Jika kita amati, perkembangan bayi sungguh amat menakjubkan. Bayi berkembang sepanjang waktu, dari hari ke hari, bulan demi bulan. Tidak ada patokan khusus untuk mengukur tumbuh kembangnya, akan tetapi dapat kita lihat petunjuk secara umum dari beberapa bayi.
Perkembangan bayi berbeda satu dengan yang lain. Sebagai orang tua, sudah seharusnya memonitor perkembangan bayinya. Berikut adalah hal yang mungkin bisa dilakukan bayi pada tiap usianya :
·         Perkembangan bayi usia 1 bulan
* Secara refleks dapat memegang benda yang menyentuh telapak tangannya.
·         Perkembangan bayi usia 2 bulan
* Dapat menatap
* Dapat tersenyum
* Bersuara ‘a’, ‘e’, ‘h’
·         Perkembangan bayi usia 3 bulan
* Menggerakkan benda yang dipegangnya
* Memandang gerakan benda dengan bola mata sampai ke sudut matanya
·         Perkembangan bayi usia 4 bulan
* Bermain dengan kedua tangan dan memasukkan tangan ke dalam mulutnya
* Tertawa dan bisa diajak untuk bercanda
* Tengkurap
* Memegang benda dengan berusaha meraih dari tangan kita
·         Perkembangan bayi usia 5 bulan
* Menggulingkan badan
* Menyentuh mainan dan memiliki keinginan untuk meraih benda – benda yang kita pegang
* Membedakan suara
·         Perkembangan bayi usia 6 bulan
* Bertopang pada kedua tangan
* Memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya
* Menoleh
·         Perkembangan bayi usia 7 bulan
* Membalikkan badan
* Bermain dengan tangan dan kaki
* Mulai mengoceh
·         Perkembangan bayi usia 8 bulan
* Belajar untuk duduk
* Memperhatikan gerak – gerik orang yang ada disekitarnya dan benda – benda lain
* Tertarik pada bayangannya sendiri dalam cermin
·         Perkembangan bayi usia 9 bulan
* Merayap
* Dapat berdiri tegak bila dipegang
* Main cilukba atau petak umpet
·         Perkembangan bayi usia 10 bulan
* Berayun pada tangan dan lutut
* Belajar berdiri sambil berpegangan
* Menjepit benda dengan kedua jari tangan
·         Perkembangan bayi usia 11 bulan
* Merangkak
* Berjalan ke samping dengan rambatan
* Berjalan bila kedua tangan dipegang
·         Perkembangan bayi usia 12 bulan
* Berjalan sendiri
* Bermain kejar – kejaran
Ketika anak telah memasuki usia kreatif,anak dalam aktivitasnya sehari-hari dapat diamati langsung oleh orangtuanya terutama ibunya. Ketika anak sibuk dengan satu aktivitas yang sedang asyik dilakukannya sebaiknya orangtua selalu meberikan support positif, melengkapi fasilitas yang dibtuhkannya. Misalnya anak sibuk menggambar, orangtua memberikan crayon warna untuknya.
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.

C.    Pendidikan rohani pada anak
Pendidikan pertama terbaik yang dikenalkan pada anak adalah mengenalkan Allah dan Rasul, agar terwarnai hati mereka dengan perasaan yang benar , yaitu perasaan cinta dan takut kepada Tuhan. Pada usia ini bayi belum dapat berfikir ataupun bertindak dengan akal mereka karena otak bayi masih dalam pertumbuhan. Namun bayi sudah dapat merasa dengan hati. Apa yang mereka rasakan dapat memberikan pengaruh yang besar pada pertumbuhan mereka baik secara jasmani dan rohani.
Setiap orang yang berada di dekat bayi dapat membawa didikan dan pengaruh kepada sang bayi. Lingkungan tempat mereka berada juga sangat berpengaruh pada bayi. Usahakan bayi diasuh oleh orang-orang yang mengusahakan taqwa dalam lingkungan Islam.
Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan untuk bayi adalah sebagai berikut:

1. Perkenalkan anak dengan doa

Mereka sejak kecil telah diperkenalkan dengan Allah dan Rasul-Nya melalui azan dan iqamat. Doa yang dibacakan itu juga adalah sebagai pendidikan secara tidak langsung. Doa adalah pengharapan ibu bapak kepada Allah agar Dia mendidik dan memelihara anaknya itu menjadi anak yang soleh. Doa juga sebagai latihan awal menjadi hamba yang tawadhuk (merendah).
Seorang hamba yang baik senantiasa merendah diri dan merasa hina di hadapan Allah. Mereka merasa lemah dan berdosa terhadap Allah, dengan itu doa selalu dipanjatkan. Perasaan begini akan berpengaruh kepada jiwa anak itu, semoga mereka menjadi baik akhlaknya.

2. Perkenalkan anak dengan cara hidup Islam

Islam memiliki cara hidup yang tidak sama dengan cara hidup bukan Islam. Disiplin yang dibangun dalam Islam tidak dibuat-buat, tapi terbangun dengan sendirinya secara serentak jika kita mengamalkan syariat Islam. Contohnya ibadah wajib shalat, puasa, serta amalan sunnat seperti membaca Alquran, tahlil dan salawat. Bahkan ketika kita mengadakan pesta/kenduri, Islam telah memiliki panduan yang lengkap. Anak yang dibiasakan untuk menyaksikan shalat berjamaah, tahlil dan salawat, mengaji Al Quran, serta kenduri dengan cara Islam tentu akan berbeda denagn anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang tidak Islami.
Perhatikan juga dengan cermat apapun yang akan kita berikan kepada bayi seperti mainan, musik yang didengar juga makanan. Jaga penglihatan dan pendengaran bayi sebaik baiknya. Jangan sampai bayi ini melihat ataupun mendengarkan hal-hal yang tidak baik. Berikan sepenuh kasih sayang kepadanya dan wujudkan kasih sayang itu dengan cara memeluk, mencium, membelai dan sebagainya.
Jaga pendengarannya daripada musik-musik yang membuat terlena atau lagu-lagu yang sia-sia, sebaliknya alunkan nasyid, tahlil, selawat dan zikir ketika menimang-nimangnya.



























BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Metod untuk melatih kanak-kanak adalah salah satu dari hal-hal yang amat penting. Dan anak merupakan amanat yang dipercayakan kepada ibu bapanya. Hatinya yang masih murni itu merupakan permata yang amat berharga, sederhana, dan bersih dari ukiran dan gambaran apa pun. Ia dapat menerima setiap ukiran yang digoreskan padanya, dia akan condong ke arah mana dia kita condongkan. "
Oleh sebab itu, apabila dia kita biasakan dan ajari dengan yang baik nescaya dia akan memperoleh kebahagian dunia dan Akhirat, manakala ibu bapanya, gurunya dan pendidiknya pun akan turut berbahagia pula bersamanya. Sebaliknya, apabila dia kita biasakan dengan sifat yang jelek dan dibiarkan begitu saja, maka dia akan celaka dan binasa. Dan semua tanggungjawab dalam hal itu terletak pada pundak pengasuhnya dan walinya.
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.


1 komentar: